Kamis, 12 Mei 2016

Sekolah PAUD Bisa Berbahaya, Mengapa?




SYAM STORY - Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi elemen penting dalam perkembangan pendidikan anak Indonesia. Namun, masih banyak PAUD dianggap belum memenuhi standar.

Hal ini, menurut Pembina PKK Kemendesa Ari Haryati Marwan Jafar, akan berbahaya bagi anak didik. Ari mengatakan, hasil studi 2002 menyebutkan, PAUD yang tidak berkualitas akan menghambat perkembangan anak. Sedangkan masa itu merupakan masa emas anak.

"Tahun 2002, PAUD yang tidak berkualitas akan menghambat perkembangan anak. Jika anak disekolahkan yang salah, maka hasilnya juga akan salah," ujar Ari di Yogyakarta, Senin (9/5/2016).

Karena itu, perlu ada peningkatan guru PAUD dengan pelatihan guru. Kemendesa dengan organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK) bekerja sama dengan Indonesia Heritage Foundation (IHS) menggelar acara pelatihan peningkatan kualitas kepada 100 guru PAUD dari Temanggung, Bangkalan, Sumenep, dan Yogyakarta. 

Pelatihan ini akan berlangsung selama lima hari mulai 9-13 Mei 2016 di Yogyakarta. Para peserta akan mendapatkan materi peningkatan kualitas PAUD yang mencakup kualitas guru pendidik, kurikulum, buku atau bahan ajar.

"Kami mengadakan pelatihan peningkatan guru PAUD agar anak memiliki kualitas yang bagus dan berakhlakul karimah dan pribadi yang kuat," ujar Ari.

Sementara itu, Direktur Indonesia Heritage Foundation (IHS) Wahyu Farah Dina menjelaskan, saat ini PAUD berjumlah ratusan ribu di seluruh Indonesia. Namun, tenaga pendidiknya kebanyakan dari para sukarelawan, seperti anggota PKK.

Namun, sebagian besar sukarelawan ini belum memiliki pengetahuan mendidik yang berkualitas. Mereka masih menerapkan pendidikan yang didapatnya dahulu dan tidak sesuai dengan kebutuhan anak saat ini.

"Karena hanya mengerti pendidikan zaman dahulu itu, bahaya banget. Kadang disuruh nulis aaa gitu, ibunya ikut masuk karena marahin anaknya karena nggak ikut itu malah bunuh karakter, mendingan anaknya di rumah aja," ujar dia.

Hal ini yang menjadi alasan IHS dan OASE untuk tidak lagi menambah jumlah PAUD, tapi meningkatkan kualitas pendidik PAUD. Para guru PAUD semestinya memiliki kemampuan untuk membuat anak nyaman di PAUD sehingga dapat menyerap ilmu.

"Kalau anak nggak nyaman, maka informasi dan ilmu nggak akan masuk. Itu yang berkualitas, sehingga anaknya akan berbeda, mulai dari kreativitasnya beda, percaya dirinya, kemandiriannya, dan beberapa skill intelegensinya," kata Dina.

Kepala Disdikpora Sleman Arif Haryono mengatakan, terdapat 87 tempat penitipan anak, 243 kelompok bermain, 290 satuan PAUD sejenis dan 510 taman kanak-kanak di wilayahnya. Terkait menciptakan kualitas tenaga pendidik PAUD, pihaknya selalu memberikan pelatihan dan peningkatan kompetensi.

Selain itu, pihaknya juga memonitoring pelaksanaan pendidikan usia dini melalui para penilik dan pengawas.

"Peningkatan kompetensi kami lakukan pelatihan kepada pengelola PAUD atau pamong atau pendidik PAUD. Pelatihan pamong PAUD tingkat dasar nanti ditindaklanjuti pelatihan tingkat lanjut," ujar Arif.

Acara itu juga dihadiri Ibu Negara Iriana Jokowi dan istri Wakil Presiden Mufidah Jusuf Kalla. Iriana dan Mufida meninjau dan memotivasi para guru TK, PAUD peserta pelatihan. Usai berbincang dengan para peserta, Iriana dan Mufida lalu menanam pohon sawo kecik dan pohon jambu.



Sumber : liputan6.com


Senin, 09 Mei 2016

Gambar Kuda-Kuda Kayu Atap Pelana dan Detail Titik Buhulnya

SYAM STORY - Kuda-kuda dari atap pelana pada umumnya tidak sulit karena bentuknya sederhana. Tetapi mengingat duga langit-langit untuk ruangan bagian dalam dan emperan (tritisan), maka struktur kuda-kuda dapat dibuat lain. pada gedung yang langit-langit ruangan bagian dalam mempunyai duga lebih tinggi dari pada duga langit-langit emperan (tritisan), maka struktur kuda-kuda dapat dibuat hanya sampai pada tembok tepi saja, sedang pada emperan (tritisan) dapat dibuat struktur tersendiri yaitu:

  1. Struktur dapat dibuat langsung sebagai penggantung langit-langit (planfondhangers), jika emperan yang menonjol ke luar (overstek) kurang lebih 1 m.
  2. Struktur dapat dibuat bentuk konsol dari rangka batang (konsol tarik), jika emperan yang menonjol ke luar (overstek) besar kurang lebih 2 m.


Penjelasan struktur kuda-kuda kayu atap pelana seperti ini dan gambar detail titik buhulnya dapat dilihat pada gambar-gambar, berikut ini:

Gambar 1   Rencana Kuda-Kuda Kayu Atap Pelana

Gambar 1.1   Detail Titik Buhul A

Gambar 1.2   Gambar Perspektif Titik Buhul A

Gambar 1.3   Detail Titik Buhul B

Gambar 1.4   Detail Titik Buhul C

Gambar 1.5   Detail Titik Buhul D

Gambar 1.6   Detail Titik Buhul E

Apabila duga (tinggi permukaan) langit-langit (plafond) ruangan pada bagian dalam dan luar emperan bangunan diambil sama, maka struktur kuda-kuda kayu atap pelana dapat dibuat seperti pada gambar, berikut ini:

Gambar 2   Struktur Kuda-Kuda Kayu Atap Pelana dengan Overstek

Perlu diperhatikan bahwa batang AB merupakan batang tekan hingga struktur sambungan titik buhul menjadi mudah dan cukup baik, karena syarat-syarat yang dituntut sambungan dapat dengan mudah dipenuhi. 

Gambar 3   Struktur Kuda-Kuda Kayu dengan Konstruksi Berbeda

Akan tetapi, kondisi berbeda apabila batang AB dibuat seperti Gambar 3 di atas, karena batang AB menjadi batang tarik yang mendukung beban yang cukup besar sehingga konstruksi hubungan titik buhul menjadi sulit dan ketahanan struktur tidak terjamin kemantapannya. Hal ini terjadi karena pada sambungan tarik akan memerlukan alat sambung yang cukup banyak jumlahnya sehingga dapat mengakibatkan sambungan menjadi lemah. Sehingga disarankan agar sebaiknya menghindari penggunaan kuda-kuda kayu atap pelana seperti pada konstruksi kuda-kuda kayu Gambar 3 di atas.

Untuk itu, kita disarankan membuat kuda-kuda kayu atap pelana dengan konstruksi seperti pada Gambar 2 di atas. Dan untuk lebih jelasnya tentang struktur kuda-kuda seperti ini, maka dapat dilihat pada gambar-gambar berikut yang dilengkapi dengan gambar detail (penjelasan) dari konstruksi hubungan titik buhulnya.

Kuda-kuda seperti ini banyak diterapkan pada bangunan gedung yang membutuhkan emperan yang panjang guna melindungi gang (doorloop) dari pengaruh panas dan hujan atau dengan kata lain sebagai pengganti “luifel” atau atap datar (platdak) atau plat beton, sehingga didapatkan konstruksi penutup atap yang lebih praktis dan hemat.

Gambar 4   Rencana Kuda-Kuda Kayu Atap Pelana dengan Overstek

Gambar 4.1   Detail Titik Buhul A

Gambar 4.2   Detail Titik Buhul B

Gambar 4.3   Detail Titik Buhul C

Gambar 4.4   Detail Titik Buhul D (Batang Tekan AB)
(perhatikan Gambar 2 di atas)

Untuk gambar detail titik buhul hubungan sambungan yang lainnya pada prinsipnya sama saja seperti pada gambar 1.4, gambar 1.5 dan gambar 1.6 di atas.

Demikian penjelasan tentang konstruksi kuda-kuda kayu (konvensional) atap pelana. Semoga bermanfaat.




Sumber: teknik-sipil.com





Sabtu, 07 Mei 2016

Mengenal Jeneponto Sebagai Penghasil Kopi "Cita Rasa" Madu




SYAM STORY - Tidak sepenuhnya benar jika ada ungkapan bahwa Bumi Turatea sebagai julukan kabupaten Jeneponto merupakan daerah kering dan gersang. Karena dalam wilayah administratif kabupaten Jeneponto terdapat satu kecamatan berada pada dataran tinggi yang memiliki tanah subur, cuaca dingin dan panorama alam yang indah dengan beberapa potensi objek wisata alam, yakni kecamatan Rumbia kabupaten Jeneponto yang berbatasan dengan kecamatan Malakaji kabupaten Gowa. 

Kecamatan Rumbia merupakan daerah penghasil sayur-sayuran dan buah-buahan serta daerah destinasi wisata alam pegunungan di Jeneponto. Selain sayur dan buah, kecamatan Rumbia juga penghasil kopi seperti di desa Ujung Bulu. Desa Ujung Bulu terletak di kaki Gunung Lompobattang yang berada pada kisaran ketinggian 1.400 mdpl, memiliki tanah perbukitan yang subur dengan panorama alam yang hijau nan indah. Sepanjang kiri dan kanan jalan desa hanya terlihat tanaman kopi dan beberapa komoditi hortikultura, terdapat kebun kopi dengan luas sekitar 150 hektar. Hampir setiap KK memiliki kebun kopi, sehingga produksi kopi di desa Ujung Bulu mencapai ratusan ton per tahun.

Namun walau pun demikian, kopi dari desa Ujung Bulu ini tidak begitu dikenal masyarakat luas sebagai kopi yang bersumber dari Ujung Bulu atau Rumbia maupun dari Jeneponto. Hal itu terjadi karena ulah para oknum tengkulak yang mengambil kopi di desa Ujung Bulu kecamatan Rumbia kabupaten Jeneponto, tapi saat menjualnya mengatakan kalau kopi itu berasal dari Malakaji kabupaten Gowa atau menyebutnya dari kabupaten Bantaeng.

Tanaman kopi di Jeneponto sudah ada sejak awal tahun 1980-an. Kala itu kopi yang ditanam adalah kopi jenis arabika dengan tajuk yang tinggi sehingga perlu pengait untuk melengkungkan batangnya saat panen, kopi itu lebih dikenal dengan sebutan kopi Bantaeng karena masuk ke Jeneponto melalui bibit kopi asal Bantaeng. Selain kopi jenis arabika, masyarakat desa Ujung Bulu kecamatan Rumbia juga menanam kopi jenis robusta.

Pada pertengahan tahun 1980-an, barulah masuk tanaman kopi jenis arabika dari kabupaten Gowa yang oleh masyarakat disebut kopi Arabika Gowa dengan tajuk yang lebih pendek. Kopi inilah yang kemudian dikembangkan di desa Ujung Bulu. Sementara kopi jenis robusta ditebang lalu dilakukan sambung pucuk dari kopi jenis arabika. 

Kopi madu sendiri memang baru dikenal sekitar dua tahun yang lalu dari sebuah seminar kopi di Makassar. Oleh narasumber seminar pada waktu itu mengemukakan bahwa ada kopi yang paling enak untuk disantap, yaitu kopi madu. Sehingga belakangan ini memang sedang ramai diperbincangkan tentang kopi madu dan kita selaku warga Jeneponto khususnya dan Sulawesi Selatan pada umumnya tentunya sangat bersyukur karena kopi madu ini hanya tumbuh di Jeneponto dan tidak ada di tempat lain.

Mengenai kualitas kopi di desa Ujung Bulu tidak bisa diragukan lagi, karena peneliti asal Jepang sudah pernah datang langsung beberapa tahun lalu untuk meneliti rasa kopi yang tumbuh di desa Ujung Bulu dan peneliti Jepang tersebut mengakui bahwa kopi di sini sangat spesial, tidak ada di tempat lain. Alasannya karena memiliki kelebihan tersendiri, yaitu tingkat keasamannya rendah dan bercita rasa madu. Kopi di desa Ujung Bulu juga sudah dikembangkan dan sudah dipromosikan bahkan sampai ke Jakarta. Sementara sedang dalam proses pembuatan standarisasi untuk depkes. 

Kopi dari desa Ujung Bulu menjadi spesial karena metode perawatan tanaman kopi yang dilakukan petani desa tersebut berbeda dengan daerah lain. Dikatakan kopi madu karena saat penjemuran, ada lebah madu yang hinggap di butiran kopi. Anggapannya lebah akan hinggap karena ada kandungan madu atau sesuatu yang manis di situ. Sedangkan pada kopi biasa, malah yang hinggap adalah lalat.

Secara umum, proses tahapan pengolahan kopi madu dimulai dari pemetikan kopi yang betul-betul matang di pohonnya. Selanjutnya kopi digiling untuk mengupas kulitnya lalu difermentasi selama dua hari. Kopi fermentasi selanjutnya dijemur hingga tiga hari atau berada pada kadar air 11% - 12%. Dengan alat manual, kopi disangrai selama 30 menit. Untuk hasil kopi cita rasa madu yang kuat, kopi matang yang telah digiling langsung dijemur sampai kering. Proses pengeringannya memang memakan waktu yang lama, tapi disitulah tantangannya.

Selama ini nyaris kita tak pernah mendengar atau mengenal Kopi Jeneponto, sangat berbeda dengan Enrekang dan Toraja. Padahal Kopi Madu lebih menyajikan cita rasa yang memanjakan lidah dan tenggorokan, tentu akan memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan jika dikelola dengan baik. Suatu saat nanti jika orang berkunjung ke Sulawesi Selatan, mereka tak lagi mencari Kopi Toraja atau Kopi Enrekang. Tapi mereka akan mencari Kopi Madu Jeneponto.

Alam dan desa kita memang sangat kaya. Sangat disayangkan jika desa yang menjadi sumber kekuatan ekonomi tidak bisa berpesta di atas kejayaan hasil buminya. Tinggal bagaimana kita saling mendukung untuk membangun desa berdasarkan potensi alaminya. Bagaimana membangun kepercayaan diri petani kita hingga suatu saat mereka berkata, "Saya Bangga Jadi Petani."

"Desa harus jadi kekuatan ekonomi. Agar warganya tak hijrah ke kota. Sepinya desa adalah modal utama. Untuk bekerja dan mengembangkan diri" (Desa, Iwan Fals). 



Sumber: diolah dari berbagai referensi