Minggu, 25 Desember 2016

Survey Antar Patok Perencanaan Jalan Desa

PA'JUKUKANG - Survei teknis dalam kegiatan perencanaan sederhana jalan desa dilakukan untuk menjamin pemilihan dan penentuan kegiatan yang harus memenuhi kriteria yang disyaratkan, memberikan manfaat, dapat dibangun dengan harga seimbang, tidak mempunyai masalah teknis yang berat dan tidak merusak lingkungan. Survei teknis dan pengukuran lokasi rencana jalan desa dengan metode sederhana menggunakan alat clinometer dan kompas tanpa perhitungan yang rumit. Prinsip dasar dari survei teknis ini adalah rencana jalan desa yang diukur dibagi menjadi segmen kecil-kecil dengan patok, survei perhitungan volume dan perhitungan kebutuhan tenaga kerja tiap segmen antar patok yang kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan perhitungan keseluruhannya. 

Untuk input data hasil pengukuran lokasi rencana jalan desa diperlukan 4 format yang biasa digunakan yaitu format Survey Antar Patok (SAP), Volume Antar Patok (VAP), Manday Antar Patok (MAP) dan Sketsa Kondisi Tanah Asli (gambar profil melintang dan profil memanjang) rencana jalan desa yang diukur. 

Tapi yang akan diuraikan di sini adalah cara pengisian lembaran formulir Survei Antar Patok (SAP), yang diisi pada saat melakukan pengukuran lokasi kegiatan berdasarkan hasil pengamatan lapangan untuk mengetahui kondisi sekitar lokasi, kompas untuk mengetahui arah trase/sumbu rencana jalan, clinometer untuk mengetahui persentase tanjakan, dan meteran pita untuk mengetahui panjang/lebar/tinggi bagian jalan yang rencanakan.
 

Form Survei Antar Patok

 
Berikut keterangan cara mengisi formulir Survei Antar Patok (SAP) :
  1. Kabupaten, kecamatan, dan desa; diisi sesuai lokasi proyek;
  2. Bahan, lebar, dan tebal perkerasan; diisi sesuai bahan yang akan digunakan, lebar jalan termasuk saluran tepi, dan tebal yang disyaratkan;
  3. Lebar badan jalan; termasuk bahu kiri dan kanan, tidak termasuk saluran pinggir;
  4. Panjang jalan; diisi panjang keseluruhan termasuk cabang-cabang yang akan dikerjakan;
  5. Dimensi saluran; ukuran lebar dan kedalaman saluran;
  6. Jenis gorong-gorong; diisi jenis yang akan digunakan pada umumnya. Bila ada jenis lain di tempat tertentu, harus disebutkan pada kotaknya;
  7. Nomor patok; penomoran patok dimulai dari Patok 0 dan setiap patok 50 m diberi nomor. Patok harus semipermanen agar bertahan sampai akhir proyek;
  8. Jarak antar patok; biasanya 50 m, tetapi boleh kurang bila dirasa perlu, seperti di lokasi yang ada perubahan arah/ tanjakan/situasinya cukup besar;
  9. Jarak komulatif; jarak dari awal proyek. Bila ada cabang dapat dimulai dari nol lagi;
  10. Arah trase; perkiraan arah dari patok pertama melihat ke patok kedua. Ditulis dengan satuan derajat dari utara. Diukur dengan kompas tangan;
  11. Tanjakan; persentase tanjakan pada bagian tercuram antara dua patok. Tanda ‘+’ digunakan bila jalan naik dari patok pertama, dan tanda ’-‘ bila jalan menurun;
  12. Panjang tanjakan; panjangnya tanjakan yang dicatat diatas. Bila tanjakan lebih panjang dari satu kotak, kotak tersebut diberi tanda “→”;
  13. Keadaan sekitar jalan; dicatat keadaan seperti hutan, sawah, lewat sungai, rawa, dll.;
  14. Keadaan jalan lama; lebar jalan yang sudah ada, apakah pernah diperkeras;
  15. Jumlah pohon; jumlah pohon besar yang perlu ditebang untuk pembangunan;
  16. Penebasan; rata-rata lebar dan panjang penebasan yang diperlukan, tidak termasuk bagian yang tidak perlu ditebas seperti jalan lama;
  17. Pembersihan; rata-rata lebar dan panjang pembersihan / pengupasan yang diperlukan, termasuk saluran dan dasar timbunan;
  18. Jenis galian; galian biasa, tanah keras, batu, lumpur, dsb. Bila terdapat dua atau lebih jenis galian yang bervolume besar, perlu dicatat data masing-masing;
  19. Volume galian; perhitungan volume galian antar dua patok dengan cara rata-rata luas penampang dikalikan panjangnya;
  20. Volume timbunan; perhitungan volume timbunan antar dua patok;
  21. Jarak dari sumber timbunan; bila tanah timbunan harus diangkut dengan jarak lebih dari 50 m ke patok-patok. Kurang dari 50 m tidak perlu diisi;
  22. Saluran; diisi jumlah saluran pinggir jalan yang diperlukan. Diisi dengan KR (jika kiri saja), KN (jika kanan saja), 2 (jika kiri kanan), atau 0 (jika tidak perlu);
  23. Bangunan yang ada; catatan mengenai gorong- gorong, jembatan, dan tembok yang sudah ada dan tidak perlu diganti. Dicatat jenis dan dimensi pokoknya;
  24. Letak dan jenis bangunan baru; perkiraan jumlah jembatan, gorong-gorong, atau tembok yang diperlukan, dengan jarak dari patok pertama (misal “+25 m”);
  25. Ukuran bangunan baru; ukuran pokok bangunan yang diperlukan diatas;
  26. Jarak dari sumber_________; tempat disediakan untuk tiga bahan yang diperlukan. Dicatat bila jarak > 50 m dan diangkut oleh manusia. Bila diangkut dengan kendaraan maka jarak tidak perlu dicatat;
  27.  Kebutuhan gebalan rumput; dicatat jumlah ruas yang perlu dilindungi gebalan rumput;
  28. Jarak dari sumber gebalan; dicatat bila > 50 m saja. 
  29. Jenis & kebutuhan vegetasi tetap yang lain; dicatat jenis dan kebutuhan tanaman/vegetasi selain gebalan rumput.
 
Sketsa kondisi tanah asli untuk perencanaan jalan; untuk mencatat keadaan tanah asli dan perkiraan kebutuhan galian dan atau timbunan. Pada tiap patok disketsa potongan memanjang dan melintang jalan pada titik tersebut, kemudian ditandai bagian galian dan atau timbunan dengan perkiraan dimensi dan luas penampangnya.
 
Demikianlah cara pelaksanaan survey antar patok untuk perencanaan jalan desa, baik itu perencanaan jalan baru ataupun peningkatan jalan yang sudah ada.
 
Semoga bermanfaat.